Dari Es Teh Poci ke Persahabatan: Semua Dimulai di Kantin
Es teh poci di kantin sekolah kami mungkin terlihat biasa—disajikan dalam gelas plastik dengan es batu dan sedotan warna-warni. Tapi bagi kami, minuman manis dan menyegarkan itu punya makna yang jauh lebih besar daripada sekadar penghilang dahaga. Es teh poci adalah saksi bisu dari percakapan-percakapan ringan yang berubah menjadi keakraban, dari pertemuan-pertemuan singkat yang akhirnya menumbuhkan rasa nyaman, dan dari momen-momen sederhana yang pelan-pelan menjalin benang persahabatan.Saat jam istirahat tiba, langkah kami refleks menuju kantin, bukan hanya karena lapar atau haus, tapi karena tahu di sana ada meja bundar kecil tempat kami bisa duduk bareng, menyeruput es teh poci sambil tertawa atau mengeluh soal tugas. Di tengah keramaian kantin, gelas es teh poci sering jadi pusat meja—dikelilingi oleh cerita, candaan, bahkan kadang-kadang curhat serius. Di situ, kami menemukan kebersamaan yang tulus, tidak dibuat-buat. Hanya duduk bersama, berbagi momen, dan merasa bahwa kita tidak sendirian.
Komentar
Posting Komentar